Friday, April 9, 2010

"Jazz Moment" Menggebrak dari Jalan Kunir

KOMPAS.com -- Sabtu malam (20/3), hujan enggan turun di kawasan inti Kota Tua. Padahal rintik-rintik air dan angin “basah” sudah sempat turun dan berhembus di kawasan tersebut. Di belahan lain Jakarta, hujan deras sudah lebih dulu turun. Awan yang tampak gelap lama-kelamaan berubah cerah. Maka makin meriah pula kawasan itu. Khususnya di satu tempat nongkrong yang terbilang baru di Jalan Kunir.

Inilah perhelatan pertama, dengan sponsor besar, yang berhasil memboyong jazz ke Kota Tua. Perhelatan ini tak terlalu besar, memang, tapi untuk ukuran kafe yang baru berdiri, ini sebuah lompatan besar. Belum pernah ada, sebuah kafe di kawasan Kota Tua menggelar acara seperti “Jazz Moment”, akhir pekan lalu. Adalah anak muda bernama Marshall Pribadi, si pemilik Gazebo Café, yang berupaya terus menggaet orang untuk mampir ke Kota Tua dan ke kafe miliknya.

“Ini baru pemanasan dan, orang bisa lihat, acara seperti ini baru pertama kali ada di Kota Tua,” begitu tandas Marshall. Ya, ia yakin Kota Tua bisa tambah semarak dengan acara reguler yang digelar di kafe miliknya. Ia menggebrak kawasan Jalan Kunir lewat kedatangan Barry Likumahuwa Project, sebuah band yang melenakan penonton dengan musik beraliran fusion, funk, soul yang kemudian diracik dengan sentuhan rock ala Andy/Rif ditimpal suara empuk Aji “Idol” yang menyemburkan aroma swing.

Pergelaran itu juga jadi pengalaman pertama warga di sekitar jalan tersebut. Alhasil, dari balik tembok-tembok tinggi di belakang kafe ini, muncullah “penonton gelap” yang tak beranjak dari tempatnya sejak acara dimulai hingga pengisi acara pulang. “Lumayan, nonton gratis,” begitu pasti gumam mereka. Meski tentu saja ada warga yang terpaksa hanya bisa melihat keriuhan di kafe dan mendengar musik karena letak tembok mereka persis di atas panggung, tapi semangat tetap tinggi. Maklum, belum pernah mereka “dihibur” acara seperti itu.

Kafe ini memang tak terlalu luas, tapi dengan sedikit taman, kolam, dan tempat duduk di balkon terbuka, tempat nongkrong ini jadi terasa berbeda karena tak melulu berada di dalam ruangan. Pengunjung pun bebas memilih tempat, bahkan di lahan yang masih kosong, yang direncanakan untuk ruang biliar, juga jadi tempat kongkow peminat musik. Sambil mengamati empat pelukis jalanan, yang biasa mangkal di Jalan Pintu Besar Selatan, beraksi, pengunjung ikut bergoyang manakala Matthew, vokalis Barry Likumahuwa Project, membuka pertemuan dengan sebuah lagu milik Ne Yo, “Miss Independent”.

Untuk mengisi perut dan melancarkan tenggorokan, ada beberapa makanan yang bisa dipesan. Di tempat ini Es Ragusa pun membuka cabang, Dudung Roxy demikian pula. Mi Aceh Kutaraja tak mau ketinggalan, bersama sate padang khas Pariaman, Soto Dadang Gang Lamceng, dan Bakoel Nasi. Mau makanan ala barat pun ada. Ngidam mengisap shisha? Di sini juga tersedia.

“Gua baru tahu ada tempat nongkrong oke di sini, besok-besok kita nongkrong di sini aja,” ujar Barry yang kemudian disambut tepuk riuh pengunjung. Penampilan band ini memang pantas diacungi jempol, bahkan ketika mereka memainkan lagu “Di Antara Kalian” milik D Masiv, penonton seperti terhipnotis menantikan aransemen macam apa yang akan mereka munculkan.

Malam terus beranjak, pengunjung tetap mengalir, giliran Andy/Rif menggetarkan kafe lewat “High and Dry” dari Radiohead dan “Come Together” milik The Beatles. Paduan fusion, rock, soul menjadikan lagu-lagu tadi makin nikmat di telinga. Belum lagi aksi panggung Andy/Rif yang khas membuat penampilannya sedap dipandang.

Sebelum acara benar-benar usai, serbuan kembang api mengagetkan penonton sekaligus bikin suasana makin semarak. Sayang, tuan rumah memang tak berencana menggelar acara hingga lewat tengah malam. Boleh jadi karena ini acara perdana. Perlu membaca antusiasme pengunjung. Meski masih banyak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, secara keseluruhan acara tersebut sukses dan perlu bergulir, berlanjut. Pengunjung yang datang dan makan di beberapa warung yang buka di kafe ini pun meningkat dari akhir pekan biasanya.

Jika baru saja Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo meluncurkan Jakarta Kota Kreatif, kemudian Deputi Gubernur DKI bidang Kebudayaan dan Pariwisata Aurora Tambunan berharap gedung di kawasan tersebut difungsikan oleh pemiliknya, maka Marshall sudah mencoba itu. Dan tentu saja, ia perlu disokong, bukan?

WARTA KOTA Pradaningrum Mijarto

No comments: